Gajah Mada merupakan mahapatih terkenal di era kerajaan Majapahit. Dalam
hal kepemimpinan Gajah Mada memiliki ajaran yang disebut Asta Dasa
Berata Pramiteng Prabu. Arti kata Asta Dasa Berata Pramiteng Prabu
adalah
* Asta Dasa artinya 18 (delapan belas).
* Berata artinya pengendalian diri yang merupakan kewajiban pokok seorang pemimpin.
* Pramiteng Prabu artinya Raja (Kepala Negara).
Jadi secara keseluruhan arti dari ajaran Asta Dasa Berata Pramiteng
Prabu yaitu 18 (delapan belas) kewajiban pokok pengendalian diri seorang
pemimpin.
Asta Dasa Berata Pramiteng Prabu Ajaran Kepemimpinan Gajah Mada Tokoh
Gajah Mada begitu dikagumi, sehingga terbentuk berbagai mitos tentang
dirinya. Gajah Mada dianggap sebagai Keturunan Dewa Brahma. Ia
digambarkan memiliki kesempurnaan diri yang mampu memasukkan dewa-dewa
kahyangan ke dalam tubuhnya.
Sumber ajaran kepemimpinan Asta Berata ini adalah Kitab Manawa Dharma
Sastera. Demikian juga Gajah Mada disebutkan mampu tampil sebagai Dewa
asmara yang tampan, cemerlang dan jaya yaitu
(1) Tokoh yang pada mulanya datar, namun dapat membuat kejutan dengan
menunjukkan sifat-sifatnya yang tidak terpuji, misalnya dalam menghadapi
Kebo Wawira (Kebo Iwa)
(2) Jaya secara lahiriah, ialah sebagai pencetus gagasan-gagasan yang
dapat mengantarkannya mencapai kedudukan yang tinggi sebagai Mahapatih
kerajaan Majapahit
(3) Kejayaan dalam pemikirannya didapat berkat keturunannya yang agung
dan juga karena bakti, ketaatan dan kesetiaannya pada mereka yang
diabdinya, terutama raja
(4) kejayaan batin didapat berkat sifat-sifat tersebut di atas pada guru
agama dan pada ajaran-ajaran yang terdapat dalam kitab agama sebagai
persiapan menuju Moksa (rohani dan jasmani langsung ke Sorga Loka).
Gajah Mada adalah sosok orang Indonesia berdarah rakyat, meskipun
ditulisnya juga bahwa kepercayaan orang Bali, Gajah Mada adalah
penjelmaan Sang Hyang Narayana (Dewa Wisnu) ke atas dunia.
Menurut ajaran tersebut seorang pemimpin hendaknya :
1) Rajin sembahyang, meditasi atau samadhi.
Digambarkan bahwa sejak anak-anak, Gajah Mada suka sembahyang atau
meditasi. Meditasi
sering dilakukan malam hari dan sering mendapatkan
vision (penglihatan) dewata yakni mendapat
petunjuk dari dewa Brahma.
2) Menjadi pelopor dan memiliki wawasan ke depan.
Gajah Mada selalu menjadi pelopor dan mengambil inisiatif yang pertama serta bekerja keras
diantara teman-teman sebayanya.
3) Mampu memberi semangat dalam kerja keras dan berat, terutama dalam memajukan sistem
pertanian.Gajah Mada mampu memotivasi sesamanya. Kharismanya tampak sejak
anak-anak,
kemana Gajah Mada pergi diikuti oleh teman-teman sebayanya.
4) Ahli memimpin, termasuk memimpin sidang, hatinya terbuka dan kata-katanya manis bagai air
kehidupan.Dalam berbagai kesempatan Gajah Mada digambarkan dapat memimpin sidang,
memiliki keterbukaan dan memimpin yang memberikan kesejukan kepada
bawahannya.
5) Mampu menarik simpati, cerdas dan kreatif. Hal ini tampak ketika
Gajah Mada pertama kali
mengabdikan dirinya di istana maha patih yang
sudah mulai tua yang bernama Arya Tadah, dan
kemudian dia dikawinkan
dengan putrinya yang bernama Dyah Bebed. Kecerdasan Gajah Mada
tampak
pula ketika ia ingin mengetahui wajah asli raja Bedahulu dengan cara
minta dijamu sayur
pakis yang utuh sedepa panjangnya, lauk pauknya
setumpuk usus ayam, minumnya satu bumbung
legen, ia bersedia makan
dihadapan raja. Dengan cara demikian itu Gajah Mada akan mudah
melihat
wajah raja Bali pada saat itu, dan raja tidak boleh membunuh utusan raja
Majapahit ini,
apalagi yang bersangkutan sedang menikmati makanan.
6) Sopan dan ramah. Gajah Mada sangat sopan dan ramah ketika ia ditanya
oleh Kebo Wawira
(Kebo Iwa) dan Pasung Grigis tentang maksud
kedatangannya ke Bali. Gajah Mada diutus oleh
raja Jawa yang mempunyai
putri yang sangat cantik, tiada duanya di Wilatikta, dan memuji Kebo
Wawira (Kebo Iwa) supaya bersedia mengawini putri Jawa tersebut. Karena
penampilannya yang
sopan dan ramah, akhirnya Kebo Wawira (Kebo Iwa)
berhasil ditipu oleh Gajah Mada.
7) Senantiasa menuntut ilmu pengetahuan, tidak mementingkan kesukaan
duniawi, mempelajari
kitab suci, dan melaksanakan upacara yadnya.
8) Senantiasa melindungi warga dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat, menegakkan keadilan.
9) Seorang pemimpin hendaknya gagah berani, bertanggung jawab, dan
tangguh dalam menghadapi
berbagai masalah, tunduk kepada aturan (hukum).
Tidak menghina rakyat jelata, dan tidak
menjilat kepada penguasa
(atasan).
10) Menghormati orang bijaksana, menghargai para pahlawan, dan senantiasa melakukan tapabrata
dan semadhi.
Ajaran Asta Dasa Berata Pramiteng Prabu antara lain
1. Wijaya: bersikap tenang dan bijaksana.
2. Matri Wira: berani membela yang benar.
3. Natanggwan: mendapat kepercayaan rakyat,
4. Satya bhakti a prabhu: taat kepada pemimpin/pemerintah.
5. Wagmi wak: pandai bericara dan meyakinkan pendengar.
6. Wicak saneng naya: cerdik menggunakan pikiran.
7. Sarja wopasana: selalu bersikap rendah hati.
8. Dirotsaha: rajin dan tekun bekerja.
9. Tan satresna: Tidak terikat pada satu golongan atau persoalan.
10. Masihi semesta Buwana: bersikap kasih sayang kepada semuanya.
11. Sih Semesta buwana: dikasihi oleh semuanya
12. Negara Ginang Pratidnya: selalu mengabdi dan mendahulukan kepentingan negara.
13. Dibya cita; toleran terhadap pendirian orang lain.
14. Sumantri; tegas dan jujur.
15. Anayaken musuh; selalu dapat memperdaya musuh.
16. Waspada Pubha wisesa; waspada selalu/introspeksi.
17. Ambeg Paramartha; pandai mendahulukan hal-hal yang lebih penting.
18. Prasaja; hiduplah sederhana.
(@gus2013)