
Sudah menjadi watak, tabiat, rasa ingin, atau sesuatu yang menjadi kelangenannya
akan nilai-nilai kemapanan, kemakmuran, kesejahteraan dan segala yang serba
mengenakkan hidup. Segala cara, metode, usaha dan kerja keras dilakukan hanya
demi mencapai tujuan semua itu. Kemakmuran...kesejahteraan...kemapanan...kedigdayaan...kewibawaan...adalah
dambaan setiap manusia.
Bagi sebagian orang yang berhasil menggapai keinginan hidup dan telah
mendapatkan "harapan/hasil" dari kerja kerasnya tentu terkadang ada
"rasa" bangga akan kesuksesannya. Perasaan "akulah sang
pemenang...I'am the winner..." terkadang muncul dan mewarnai
kehidupannya.Tidak terkecuali melanda siapa saja. Pelajar, mahasiswa, pegawai,
wiraswasta, pejabat negara, menteri bahkan presidenpun. Dihinggapi rasa bangga.
Kadang bisa berlebihan. Anehnya sikap ini secara tidak sadar terkadang
memunculkan sikap "meremehkan" kawan maupun saingan dalam mencapai
kesuksesannya. Manusiawi.

Ojo dumeh banyak harta sehingga engkau menginjak-injak harga diri
karyawan, pembantu, bawahan dan orang-orang yang berhubungan denganmu...
Ojo dumeh jadi pelajar dan mahasiswa yang telah dicekoki ilmu
pengetahuan canggih, iptek, informasi teknologi modern, biokimia, statistik,
kalkulus, riset, desertasi, rancangan percobaan, managemen, akuntansi, dan
seabreg ilmu sehingga engkau meremehkan orang tuamu, engkau hina orang tuamu,
engkau sia-siakan orang tuamu, engkau sisihkan orang tuamu dari pergaulan di
komunitasmu, engkau rendahkan orang tuamu yang buta huruf, orang tuamu yang kau
anggap "bodho", gaptek, tak mengenal blackberry, nokia,
samsung,i-pod, prosessor core duo yang pegang mouse komputer saja harus keluar
keringat dingin, cuma bisa berjibaku dengan lumpur sawah,yang cuma bisa memerah
berjuta keringat mengais puing-puing sampah plastik di jalanan, mengarungi
ganasnya samudra mengais ikan, semua demi pendidikan anaknya...demi masa depan
anaknya...demi cita-cita luhur membangun bangssa...demi sebuah harapan agar
anaknya bisa merobah bangsa menuju rakyat adil makmur gemah ripah loh
jinawi...dan.....segudang asa....
Ojo dumeh jadi dai atau mubaligh sehingga engkau berfatwa atau
menasehati orang lain dengan nafsu pribadimu.Halal kau fatwakan haram dan haram
engkau fatwakan halal. Orang yang tak sepaham dengan keyakinanmu engkau bantai,
engkau rendahkan, engkau hina, engkau kafirkan,bahkan engkau binasakan. Engkau
butakan matamu, engkau tulikan telingamu menerima nasehat atau petuah orang
yang diluar pahammu padahal nasehatnya sesuai al-qur'an dan hadits sohih...
Ojo dumeh jadi pejabat sehingga engkau lupa daratan, bikin
peraturan semaunya sendiri. Tak memikirkan kesusahan rakyat yang menjadi-jadi.
Kelaparan, kemiskinan. Tak perduli banyaknya masyarakatmu yang belum dapat
pekerjaan. Tak peduli banyaknya janda-janda yang masih butuh bantuan demi
menghidupi anak-anak mereka. Tak peduli betapa banyak anak-anak yatim piatu
yang perlu uluran tangan demi kelangsungan hidup dan pendidikan mereka. Tak
peduli...tak peduli...tak peduli....jangan kau butakan matamu dan kau tulikan
telingamu dengan kondisi kehidupan di masyarakatmu.Bangsamu. Negeri tumpah
darahmu.
Ojo dumeh jadi presiden sehingga melupakan contoh agung yang pernah
dilakukan Khalifah Sayyidina Umar ra bagaimana caranya menjadi pemimpin negara,
yang rela memikul sekarung gandum demi menebus kelalaiannya dan rasa takut
mempertanggung jawabkan kepemimpinannya kepada Alloh SWT di yaumil mahsyar
dalam memperhatikan salah satu rakyatnya, janda beserta anaknya... yang
kelaparan...
Ojo dumeh jadi ibu sehingga engkau menuntut terlalu banyak terhadap
amanah Alloh yang dititipkan padamu. Sumpah serapah adalah senjata menakuti
anak-anakmu. Rasanya tidak pantas engkau perlakukan amanah-Nya seenak nafsu
pribadimu. Bimbing mereka menemukan dirinya sendiri. Mengenal Tuhannya.
Mengenal Rasulullah SAW sebagai manusia agung yang menuntun manusia menuju
rahmatan lil alamin dan akhlak mulia.
Ojo dumeh jadi suami sehingga engkau perlakukan pendamping hidupmu
semaunya sendiri. Sak enak udele dewe.Jangan gunakan dalil swargo
nunut neroko katut. Itu pembodohan.Setiap manusia akan mempertanggung jawabkan
salah dan dosanya sendiri di hadapan Alloh SWT. Pendamping hidup adalah mitra
mencapai ridlo Alloh dalam membangun peradaban di mana saja. Mitra menjadikan
amanah Alloh sebagai insan pilihan. Rahmatan lil 'alamin. Insan yang
melanggengkan dan mengajak umat manusia kepada shirotol mustaqim. Jalan lurus. Jalan
Tauhid. Mengesakan Alloh SWT sampai berakhirnya kehidupan di semesta.
Ojo dumeh dadi....
Ojo dumeh dadi...
Ojo dumeh dadi... apa saja...ya apa saja...apa saja...
Jadilah manusia yang mengerti asal usul, peradaban, kepribadian dimana
tinggal, mengerti hikmah kehidupan, mengerti hikmah pergaulan, mengerti
tatanan, mengerti adab, etika, moral,....dan nilai-nilai luhur masyarakat dan
bangsa....
Manusia berwibawa, berkharisma dan terhormat tidak diukur dari besarnya
harta yang dikumpulkannya, tidak dilihat dari tingginya jabatan yang disandang,
tidak dilihat dari berapa gudang buku yang dimilikinya, tidak dilihat dari
banyak dan gemebyarnya (glamour) baju yang dikenakannya, tidak dilihat dari
rentengan gelar yang disandangnya...manusia berkharisma, berwibawa dan
terhormat karena kejujuran tutur kata...janji dan kenyataan
terealisasi...nyata...terbukti, bisa andap ashor, bisa nguwongke
manusia, bisa berempati terhadap penderitaan sesama, bisa menghargai perbedaan
pendapat, bisa berbesar hati dengan keragaman budaya leluhur, bisa mengayomi
orang yang memiliki keragaman agama, adat istiadat, pendidikan, budaya, dan
berbagai keragaman, bisa berlaku adil, punya ketegasan sikap, bisa berbesar
hati mengakui kesalahannya terhadap orang lain dan memaafkan kesalahan
orang...dan...berbudi mulia....
Sesungguhnya kesempurnaan itu hanya milik Alloh SWT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar